Iklan

terkini

Menyulut Api Kebangkitan dari Kampus: Refleksi 117 Tahun Semangat Budi Utomo di Unsika

20/05/2025, 10:29 WIB Last Updated 2025-05-20T03:29:45Z
Upacara Hari Kebangkitan Nasional di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Selasa (20/5/2025).

Fencolaw.id – Karawang, Matahari pagi menyinari halaman Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Selasa (20/5/2025), saat ratusan civitas akademika berdiri dengan tegap. Bukan sekadar menjalani tradisi tahunan, tetapi menelusuri kembali denyut sejarah yang membentuk bangsa ini, sebuah peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang bukan hanya diperingati, tetapi juga dihidupi.


Di tengah suasana yang khidmat dan penuh makna, Rektor Unsika, Prof. Dr. Ade Maman, S.H., M.Sc., berdiri di mimbar kehormatan sebagai pembina upacara. Pidatonya bukan sekadar rangkaian kata formal, melainkan undangan untuk kembali memahami esensi dari kebangkitan nasional.


“Kebangkitan bangsa kita tidak ditulis dengan tinta biasa, tetapi dengan kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian untuk menolak dijajah,” ucapnya lantang, memecah keheningan yang sarat rasa hormat.


Dengan suara penuh keyakinan, Prof. Ade mengingatkan tentang momen monumental 117 tahun lalu, saat organisasi Budi Utomo lahir di tengah penjajahan dan ketertindasan. Kala itu, sekelompok pemuda menggagas harapan: bahwa bangsa Indonesia mampu berdiri sendiri, menggenggam masa depannya tanpa bergantung pada kekuatan asing.


Namun, kebangkitan itu, kata Prof. Ade, bukanlah monumen masa lalu yang usang. Ia adalah nyala api yang harus terus dijaga. Di era modern ini, bentuk penjajahan mungkin telah berubah wujud: dari dominasi kolonial menjadi krisis pangan global, disrupsi teknologi, ketegangan geopolitik, hingga ancaman terhadap kedaulatan digital.


“Zaman ini menuntut kita untuk tidak hanya bangkit, tetapi juga adaptif dan visioner. Dunia bergerak bukan lagi berdasarkan jarak geografis, melainkan kecepatan dalam mengambil keputusan dan inovasi,” tuturnya dengan nada penuh semangat.


Lebih jauh, Rektor Unsika juga menyoroti bagaimana bangsa ini telah membuktikan perannya di tengah dinamika global. Dengan prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia tampil bukan sebagai pengikut arus, tetapi sebagai mitra dialog yang dipercaya, dihormati, dan diharapkan kehadirannya di meja diplomasi dunia.


Namun, kebangkitan sejati, menurutnya, tidak hanya terjadi di panggung internasional. Ia harus membumi, menyentuh seluruh sendi kehidupan rakyat.


“Pembangunan harus adil, merata, dan berpihak pada kepentingan rakyat. Jangan sampai kemegahan fisik menutupi ketimpangan sosial,” tegas Prof. Ade, menutup amanatnya.


Upacara ini bukan hanya seremonial rutin. Di Unsika, semangat Hari Kebangkitan Nasional menjadi titik tolak introspeksi dan tekad kolektif. Di tengah barisan para dosen dan mahasiswa, terpancar semangat untuk melanjutkan perjuangan: bukan dengan bambu runcing, tetapi dengan ilmu, inovasi, dan karakter tangguh.


Dari halaman kampus di Karawang ini, gema kebangkitan kembali disuarakan, menandai bahwa api perjuangan itu masih menyala, dan akan terus menyala sepanjang bangsa ini mau belajar dari masa lalu dan berani menatap masa depan. (*)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Menyulut Api Kebangkitan dari Kampus: Refleksi 117 Tahun Semangat Budi Utomo di Unsika

Terkini

Topik Populer

Iklan