 |
| Ketua Katar Pendawa Putra Desa Wadas Kecamatan Telukjambe Timur Pupu Bahtiar. (foto: ist) |
KARAWANG - Ketua Karang Taruna (Katar) Pendawa Putra Desa Wadas, Pupu Bahtiar, memberikan klarifikasi terkait kehadirannya dalam pertemuan dengan pihak HRD PT FCC Indonesia yang belakangan menjadi sorotan publik.
Kehadiran tersebut menimbulkan beragam spekulasi di tengah masyarakat, terutama terkait dugaan tidak melibatkan pemerintah desa.
Dalam keterangannya pada Kamis (24/7/2025) malam, Pupu dengan tegas membantah tudingan bahwa dirinya melewati atau tidak menghargai struktur pemerintahan desa.
Ia menjelaskan bahwa kehadirannya dalam pertemuan tersebut bersama Kepala Dusun (Kadus) murni atas undangan dari pihak perusahaan.
"Saya bersama Kadus hanya menghadiri saja, tidak memberikan pernyataan apapun dalam pertemuan tersebut dengan pihak FCC," ujar Pupu.
Ia juga menambahkan bahwa pertemuan yang berlangsung di sebuah kafe di Jalan Panatayuda itu bertujuan untuk menyaksikan proses klarifikasi dari pihak perusahaan, bukan untuk mengambil keputusan atau menyampaikan pernyataan resmi.
Pertemuan tersebut menjadi perbincangan setelah video dokumentasinya tersebar luas di sejumlah grup WhatsApp. Dalam video itu terlihat aparatur Desa Wadas bertemu dengan pihak HRD PT FCC Indonesia, yang kemudian memicu berbagai reaksi dari masyarakat.
Pupu berharap klarifikasinya dapat meluruskan kesalahpahaman yang muncul dan meredam ketegangan di tengah warga Desa Wadas.
Isu ini bermula dari viralnya pemberitaan di media sosial mengenai PT FCC Indonesia perusahaan yang beroperasi di Kawasan Industri KIIC Karawang yang disebut-sebut lebih memilih merekrut tenaga kerja dari luar Karawang.
Kabar tersebut menimbulkan kekecewaan warga dan mendorong diadakannya audiensi antara perusahaan dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Karawang.
Audiensi yang digelar di kantor Disnakertrans tersebut juga dihadiri oleh Kepala Desa Wadas, H. Junaedi, serta perwakilan warga. Namun, suasana memanas usai pernyataan dari Manager HRD PT FCC Indonesia, Okta, yang dinilai menyinggung perasaan warga Karawang.
Pernyataan tersebut bahkan berbuntut pelaporan ke pihak kepolisian dan memicu gelombang protes dari masyarakat lokal.(zen)
